Pernah terbayang pergi ke pasar swalayan, mengambil semua keperluan
kita dan pergi begitu dengan semua barang itu tanpa berhenti dulu di
kasir? Semua barang dibayar melalui pembacaan data pribadi—termasuk data
keuangan—yang disimpan dalam keping mikro (microchip) dalam tubuh.
Dikutip dari laporan lawas Daily Mail pada Kamis (07/01/2016), penggunaan microchip yang ditanam dalam suatu bagian tertentu dalam tubuh manusia bukan lagi kisah fiksi ilmiah belaka.
Seorang sukarelawan pengunjung lapak perusahaan keamanan internet Kasperky memberikan tubuhnya ditanami microchip dalam perhelatan teknologi IFA di Berlin pada September tahun lalu. Microchip
itu sendiri hanya seukuran sebutir beras dan ditanam di tangan sang
sukarelawan, di dalam kulit di antara jari jempol dan jari telunjuk.
Pada saat ini, chip yang menggunakan teknologi RFID tersebut
masih dipakai untuk tugas-tugas sederhana, seperti membuka pintu atau
membuka kunci telepon genggam.
Marcus Preuss, direktur tim riset global Kasperky Eropa mengatakan,
“Langkah logis berikutnya adalah untuk tidak berhenti hanya pada smartwatch, tapi masuk ke bawah kulit untuk memungkinkan sejumlah kegunaan.”
Ia melanjutkan, “Sekarang ini memang masih terbatas.” Tapi, di masa
depan, para pengguna bisa sekedar melambaikan tangan di depan alat
pembayar untuk membeli barang di toko, atau mengibaskan tangan di mesin
pembaca untuk bisa naik kereta. Bisa juga untuk membuka kunci pintu
depan rumah atau menyalakan mobil!
Hannes Sjoblad, seorang ‘biohacker’ pendiri komunitas
BioNyfiken, mengaku telah memasang sekitar 500 butir alat itu dalam
sebulan terakhir sebelum perhelatan tersebut. Menurutnya, hal ini telah
menjadi trend.
Walaupun belum dipakai untuk hal-hal yang langsung mengubah hidup
seseorang, ia melihatnya sebagai andil komunitas kepada pengembangan
teknologi—seperti tindakan amal.
Di lain pihak , Dr. Astid Carolus, seorang psikolog di Universitas
Wurzburg, berpendapat bahwa para pelopor pemakai alat itu sekedar
penasaran dengan rasa atau perubahan hidup karena penanaman microchip. Atau sekedar pamer.
Tapi sebagian orang merasa takut. Katanya, “Dari sudut pandang
psikologi, kita tidak takut kepada data, tapi kepada sesuatu di dalam
tangan kita yang bukan berasal dari kita atau tidak alamiah."
Evgeny Chereshnev, yang dikenal sebagai ‘bionic man’ mendapatkan chip sekitar 6 bulan sebelum perhelatan itu dan ia merasakan keanehan selama beberapa minggu pertama.
Katanya” Sejak awal saya memang skeptis, tapi sekarang malah sudah lupa rasanya membawa-bawa badge pengenal di kantor atau bagaimana rasanya membuka pintu menggunakan kunci. Sekarang lebih mudah.”
“Saya bisa pergi ke kantor atau tempat kebugaran tanpa membawa kartu
anggota. Saya bisa membuka apapun di (kantor) Kaskperky menggunakan
tangan. Saya rasa ada potensi yang bagus.”
Tim Kasperky sedang mencari cara agar implan ini menjadi lebih aman,
karena sekarang ini masih dilindungi dengan PIN empat angka, yang dapat
diretas secara cepat.
Evgeny Chereshnev mengatakan kepada Daily Mail bahwa ada
kemungkinan di masa depan di mana alat ini dihubungkan dengan sistem
syaraf manusia, sehingga muncul kekhawatiran kita bisa dikendalikan oleh
orang lain.
Tapi, dalam beberapa puluh tahun ke depan, persandian (encryption)
kuantum dapat menghentikan pembobolan data. Serangan peretasan memang
secara teknis masih mungkin terjadi, tapi peretas tidak bisa membaca pikiran manusia.
Ia melanjutkan penjelasannya dan mengatakan bahwa implan bisa juga
diberi sentuhan pribadi dan disandikan berdasarkan DNA seseorang
sehingga seorang penguna bisa membuat alat ini meleburkan diri hanya
dengan kekuatan pikiran!
Di masa depan, ketika implan menjadi semakin kecil dan semakin
cerdas, mungkin tidak perlu baterai lagi. Penelitian yang sekarang
sedang mencari cara agar suhu tubuh manusia bisa dipakai untuk memberi
daya pada alat tersebut.
Semua pakar yakin bahwa penanaman microchip akan meluas. Kata Chereshnev, “Sekarang memang bukan teknologi yang sudah meluas, tapi sedang cepat mengarah ke sana.
No comments:
Post a Comment