Cyber-serangan adalah setiap jenis manuver ofensif yang digunakan oleh individu atau seluruh organisasi yang menargetkan sistem informasi komputer, infrastruktur, jaringan komputer, dan / atau perangkat komputer pribadi dengan berbagai cara dari tindakan berbahaya biasanya berasal dari sumber anonim yang baik mencuri, mengubah, atau menghancurkan target tertentu oleh hacking ke sistem yang rentan. Ini dapat label sebagai cyber kampanye, cyberwarfare dan cyberterrorism dalam konteks yang berbeda. Cyber-serangan dapat berkisar dari menginstal spyware di PC untuk upaya untuk menghancurkan infrastruktur seluruh bangsa. Cyber-serangan telah menjadi semakin canggih dan berbahaya sebagai worm Stuxnet baru-baru ini menunjukkan.
Contoh Kasus
Kaspersky Lab dan B2B International baru saja melakukan survei untuk
mengetahui ancaman dunia maya yang paling dikhawatirkan oleh pengguna
internet. Ternyata hasil dari survei mereka menunjukkan pencurian
rekening online merupakan kekhawatiran terbesar bagi pengguna.
Peretasan rekening dan malware yang dirancang untuk mencuri password
serta informasi rahasia merupakan kekhawatiran terbesar, dimana kedua
ancaman ini memiliki jumlah yang kira-kira sama besarnya 68 persen.
Ancaman keuangan berada di posisis ketiga, dengan 63 persen pengguna
merasa khawatir tentang kemungkinan kehilangan uang dari rekening,
diikuti oleh phishing email dan website bentuk lain ancaman yang juga
menargetkan kredensial rekening -di tempat keempat.
Ancaman yang dirancang untuk mencuri kredensial juga merupakan jenis
ancaman yang pengguna Internet kenali dengan baik, yaitu sebanyak 86
persen responden menyadari adanya peretasan rekening, phishing dan
malware yang dapat mencuri password. Hal-hal seperti ini menunjukkan
bahwa ancaman online yang paling dikenal dan paling mengkhawatirkan para
pengguna adalah pencurian identitas digital mereka.
Ancaman yang paling kecil pengguna khawatirkan adalah serangan DDoS
dan aksi spionase global. Kemungkinan karena jenis serangan cyber
seperti ini lebih menargetkan perusahaan dan jarang mengancam pengguna
biasa. Tidak mengherankan, serangan DDoS dan aksi spionase adalah
ancaman yang pengguna paling kurang kenali dengan baik, sebanyak 29
persen dan 27 persen responden, masing-masing, belum pernah mendengar
tentang serangan ini.
Salah satu hasil mengkhawatirkan yang disorot oleh survei tersebut
adalah kenyataan bahwa 28 persen dari pengguna Internet tidak mengetahui
tentang ancaman ransomware. Ini terjadi di masa ketika program jahat
baru yang dapat mengenkripsi file di komputer dan meminta tebusan
pembayaran untuk kunci dekripsi sedang ramai dan semakin sering
bermunculan. Ahli Kaspersky Lab, misalnya, baru-baru ini melaporkan
modifikasi terbaru dari Trojan Tesla Crypt yang menuntut US$500 dari
setiap korban.
Pada intinya, survei tersebut menunjukkan bahwa pengguna masih
meremehkan banyak ancaman cyber. Menariknya, 54 persen responden
mencatat peningkatan yang signifikan dalam jumlah ancaman online, tetapi
hanya 23 persen dari responden yang percaya bahwa diri mereka bisa
menjadi target serangan cyber.
"Orang-orang merasa khawatir tentang keamanan rekening online mereka,
meskipun pada kenyataannya hanya beberapa dari mereka yang berpikir
bahwa mereka akan menjadi sasaran serangan cyber. Itu sebabnya Kaspersky
Lab menganjurkan pengguna internet untuk memperluas pengetahuan mereka
tentang ancaman internet saat ini, untuk waspada dan memastikan solusi
keamanan mereka prima dan siap," kata Elena Kharchenko, Head of Consumer
Product Management, Kaspersky Lab kepada Merdeka.com melalui surat
elektronik,
No comments:
Post a Comment